Masalah:
Apakah setiap mukmin itu muslim dan sebaliknya?
Jawab:
Secara syar’i setiap mukmin itu muslim demikian pula sebaliknya tetapi kalau dilihat mafhumnya lafadz (menurut bahasa) memang tidak sama.
Dasar Pengambilan Dalil:
1. | Dalilu Al-Falihun syara Riyadu al-sholihin, I : 216-218 |
أَخْبِرْنِى عَنِ اْلِإسْلَامِ) هُوَ الإِيْمَانُ لاِعْتِبَارِ التَّلاَزُمِ بَيْنَ مَفْهُوْمِهِماَ شَرْعاً، فَلاَ يُعْتَبَرُ فِى الخَارِجِ اِيْمَاناً شَرْعاً بِلاَ اِسْلاَمٍ وَلاَ عَكْسُهُ، مُتَّحِداَنِ ماَصَدَقاً فِى الشَّرْعِ مُخْتَلِفَانِ مَفْهُوْماً ، فَكُلُّ مُؤْمِنٍ شَرْعاً مُسْلِمٍ مُؤْمِنٍ. فَماَدَلَّ عَلَيْهِ حَدِيْثٌ جِبْرِيْلَ مِنِ اخْتِلاَفِهِماَ هُوَ بِاعْتِباَرِ المَفْهُوْمِ، إِذْ مَفْهُوْمُ الاِسْلاَمِ الشَّرْعِىِّ الاِنْقِياَدُ باِلأَفْعاَلِ الظَّاهِرةِ الشَّرْعِيَةِ، والإِيْماَنُ الشَّرْعِىُّ التَّصْدِيْقُ بِالقَواَعِدِ الشَّرْعِيَةِ عَلىَ أَنَّهُ قَدْ يَتَّوَسَعُ الشَّرْعُ فِيْهِماَ فَيَسْتَعْمِلُ كُلَّ واَحِدٍ مِنْهُماَ فِى مَكاَنِ الآخَرِ كَإِطْلاَقِِ الإِيْماَنِ عَلىَ الأَعْماَلِ الظَّاهِرَةِ فِى حَدِيْثِ : الإِيْماَنُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ بَاباً أَذْناَهاَ إماَطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، ....الحديث.
Artinya:
(Beritahuakan kepada kami tentang Islam) yaitu iman karena memandang kaitan erat antara pemahaman keduanya secara syara’, maka tidak dianggap beriman dalam kenyataan syara’ apabila tidak Islam dan tidak juga sebaliknya, keduanya sama dalam esensinya secara syara’ dan berbeda dalam artian pemahaman keduanya, maka setiap mukmin secara syara’ adalah muslim begitu pula setiap muslim adalah mukmin, maka apa yang ditunjukkan oleh hadist Jibril tentang perbedaan antara keduanya adalah melihat arti pemahaman, karena pemahaman Islam secara syara’ adalah tunduk dengan pengalaman lahir secara syari’ah, iman menurut syara’ ialah membetulkan dalam hati terhadap qaidah-qaidah syari’ah dengan arti bahwa iman itu terkadang syara’ mengartikan secara luas pada dua pengertian (tunduk atas amalan/perbuatan yang dhohir/yang batin). Maka dipakailah setiap satu dari keduanya pada tempat yang lain. Seperti pemakaian kata iman untuk perbuatan yang dhohir dalam hadist: iman itu lebih dari 70 bab yang paling ringan adalah menyingkirkan duri di jalan (Al-Hadist)
وفى صحيفة 219 مانصه : ( تَنْبِيْهٌ ) الإِسْلاَمُ لَهُ فِى الشَّرعِ اِطْلاَقاَتُهُ يُطْلَقُ عَلَى الأَعْماَلِ الظَّاهِرَةِ كَماَفِى الحَدِيْثِ، وَعَلَى الإِسْتِسْلاَمِ وَالإِنْقِياَدِ، وَالتَّلاَزُمُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الإِيْماَنِ اِعْتِباَراً لما صُدِقَ شَرْعاً اِنَّما هو بِاعتِبارِ المَعنىَ الأَوَّلِ فَالإِيْمانُ يَنْفَكُّ عَنْهُ، اِذْ قد يوجد التصديق والإستسلام الباطنى بدون الأعمال المشروعة أما الإسلام بمعنى الأعمال المشروعة فلايمكن أن ينفك عنه الإيمان لإشتراطه لصحتها، وهي لاتشترط لصحته خلافا للمعتزلة. انتهى
Artinya:
(Peringatan) islam menurut syara’ adalah pengertiannya diartikan atas beberapa perbuatan yang dzahir, sebagaimana dalam hadits pengertian penyerahan diri menyanggupi (manut), talzum (saling terkait) diantara islam dan iman, memandang pengertian yang kedua, sedang bila memandang pada pangertian yang pertama maka iman itu bisa lepas dari islam, karena terkadang dijumpai keyakinan dan penyerahan diri secara batin dengan tanpa perbuatan yang dilakukan. Adapun islam dengan pengertian perbuatan yang dilaksanakan itu tidak mungkin terlepas dari iman, karena syarat sahnya amal/perbuatan adalah harus islam. Dan iman tidak menjadi syarat sahnya perbuatan/amal, berbeda dangan pandangan kaum mu’tazilah..